Israel Serang Iran! Operasi Militer Besar-Besaran Gegerkan Dunia

Teheran – Juni 2025 | Dunia kembali dikejutkan oleh ketegangan besar di Timur Tengah. Pada tanggal 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Iran, menargetkan berbagai fasilitas militer dan nuklir strategis. Operasi ini dikenal dengan nama "Operation Rising Lion", dan menjadi salah satu serangan paling berani Israel dalam satu dekade terakhir.

🚀 Tujuan Serangan Israel ke Iran

Serangan ini dipicu oleh kekhawatiran Israel terhadap program nuklir Iran yang kian mendekati tahap produksi senjata. Iran diketahui telah meningkatkan pengayaan uranium hingga 60%, yang dinilai mendekati tingkat senjata nuklir. Israel menganggap hal ini sebagai ancaman eksistensial.

Target utama serangan Israel:

Fasilitas nuklir di Natanz, Isfahan, dan Khondab
Pangkalan militer dan gudang senjata
Rumah dan kantor pejabat tinggi militer Iran

🧨 Korban Tewas: Tokoh-Tokoh Penting Iran Jadi Sasaran

Laporan awal menyebutkan beberapa tokoh penting Iran yang dilaporkan tewas atau luka berat dalam serangan tersebut, antara lain:

Hossein Salami – Komandan IRGC
Jenderal Mohammad Bagheri – Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran
Jenderal Amir Ali Hajizadeh – Komandan Pasukan Dirgantara IRGC
Beberapa ilmuwan nuklir senior juga dikabarkan tewas

⚠️ Respons Iran: Serangan Balasan Diluncurkan

Iran langsung meluncurkan lebih dari 100 drone dan rudal ke wilayah Israel sebagai bentuk pembalasan. Namun, sebagian besar serangan berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel, dengan dukungan sekutu regionalnya.

Iran menyebut serangan Israel sebagai "deklarasi perang", dan berjanji akan membalas lebih keras jika serangan berlanjut.

🌍 Dampak Global: Minyak Naik, Penerbangan Ditutup

Serangan ini langsung memicu:

Lonjakan harga minyak dunia hingga lebih dari 7%
Penutupan jalur udara di sekitar Iran dan Timur Tengah
Ketegangan geopolitik yang meningkat tajam, memicu kekhawatiran konflik regional skala besar

📣 Reaksi Dunia

Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat, Rusia, China, hingga Uni Eropa menyerukan de-eskalasi. Meski demikian, Presiden AS Donald Trump mengingatkan bahwa serangan berikutnya bisa lebih brutal jika Iran tidak kembali ke meja perundingan nuklir.